Pertengahan tahun 2018, Indonesia
mulai ramai kampanye untuk mengurangi sampah plastik. Kampanye ini berawal dari
media sosial Instagram dengan tagar #ZeroWaste. Disini orang-orang berbagi
pengalaman atau tips untuk mengurangi sampah dan berada dalam satu tagar khusus
yaitu tagar #ZeroWaste itu sendiri. Tujuan utama dari kampanye ini adalah
mengajak masyarakat untuk memulai pola hidup minim sampah. Masyarakat mulai
diajak untuk mengurangi penggunaan sampah pribadi dan dimulai dari hal-hal
kecil seperti diet sedotan, gelas dan botol, serta kantong plastik. Selain itu,
kampanye ini juga memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai isu-isu
lingkungan akibat penggunaan plastik. Tagar #ZeroWaste ini juga mempermudah
bagi pemula yang ingin menjalankan pola hidup minim sampah plastik ini.
Pada awalnya, tagar ini hanya
digunakan oleh masyarakat yang berada di Eropa dan Amerika. Dampak dari tagar
ini kemudian membangkitkan aktivis-aktivis lingkungan yang kemudian membentuk
sebuah komunitas global. Komunitas global ini kemudian diberi nama Zero Waste
Collective. Komunitas ini terdiri dari berbagai komunitas yang berfokus
mengenai isu penggunaan sampah dan tersebar di berbagai negara seperti Amerika
Serikat, Kanada, Swedia, Inggris, dan lain sebagainya. Zero Waste Collective
hadir sebagai komunitas dengan skala global agar kampanye mengenai pola hidup
minim plastik ini menjadi lebih besar sehingga harapannya jumlah sampah plastik
dapat berkurang secara signifikan. Komunitas ini juga memiliki berbagai
platform seperti web, instagram, facebook, pinterest, dan lain-lain. Zero Waste
Collective ini termasuk kedalam virtual community
dimana komunitas-komunitas yang telah ada dihimpun menjadi satu kesatuan
komunitas secara global.
Tren pola hidup minim sampah plastik
atau zero waste ini lambat laun
sampai di Indonesia. Adanya tren pola hidup ini kemudian menciptakan sebuah
komunitas baru yaitu komunitas Zero Waste Nusantara. Komunitas ini terbentuk
pada Mei 2018. Komunitas ini kurang lebih memiliki model yang sama dengan
komunitas Zero Waste Collective. Bedananya, Zero Waste Indonesia menaungi
berbagai komunitas yang berfokus mengenai pola hidup minim sampah di Indonesia.
Selain itu, konten yang ada di akun media sosial Zero Waste Indonesia menggunakan
bahasa Indonesia sehingga memudahkan masyarakat untuk memahami informasi yang
disampaikan.
Adanya
peningkatan minat masyarakat untuk mencoba mengikuti pola hidup minim sampah
ini kemudian membuka peluang bisnis baru. Ketika orang masih awam terhadap
sesuatu, maka akun sosial media dengan followers
atau pengikut terbanyaklah yang menjadi rujukan. Pola pikir masyarakat yang
bersifat praktis ini kemudian akan menguntungkan akun-akun besar seperti akun
Zero Waste Collective ini. Melihat peluang ini, maka akun Zero Waste Collective
ini kemudian tidak hanya bergerak untuk mengkampanyekan saja tetapi juga mulai
untuk bisnis barang yang ramah lingkungan. Berbeda dengan bisnis yang melabeli
dirinya dengan “produk ramah lingkungan” Akun Zero Waste Collective ini menjual
barang yang ramah lingkungan untuk menggantikan barang sehari-hari yang dapat
menambah jumlah sampah seperti sabun, sikat gigi, pasta gigi, tas belanja,
tempat minum, kapas, pembalut wanita, popok bayi, dan sebagainya.
Bisinis
mengenai barang ramah lingkungan ini akhirnya juga sampai ke Indonesia. Karena
akun Zero Waste Collective ini rata-rata menjual barang yang berasal dari
Amerika dan Eropa, akhirnya bisnis ini dikembangkan oleh akun Zero Waste
Indonesia. Akun Zero Waste Indonesia ini menjual produk-produk ramah lingkungan
yang sebagian besar merupakan produksi dalam negeri. Akun ini menggunakan website
sebagai “tempat” untuk berjualan. Uniknya, akun ini menjual satu barang yang tidak
dijual oleh komunitas global yaitu Lerak. Lerak yang dahulunya hanya digunakan
sebagai campuran untuk mencuci batik tulis, Zero Waste Indonesia menjualnya sebagai
alternatif dari penggunaan sabun cuci dan lengkap dengan panduan
pemanfaatannya. Selain akun Zero Waste Indonesia, ada juga akun Zero Waste Bali.
Akun Zero Waste Bali ini selain melakukan bisnis produk ramah lingkungan yang
berbasis online, mereka juga menjual
beberapa barang yang dijual secara offline.
Akun Zero Waste Bali ini juga berfokus pada pasar global dimana mata uang yang
digunakan di online store adalah mata
uang Indonesia dan mata uang Australia.
Selain
hadirnya komunitas dan bisnis besar seperti Zero Waste Indonesia dan Zero Waste
Bali, kampanye tentang pola hidup minim sampah ini juga menciptakan bisnis-bisnis
kecil yang dikelola oleh perseorangan. Bisnis ini awalnya tercipta karena pengenalan
sedotan berbahan stainless kepada
masyarakat Indonesia. Selain ramah lingkungan, stainless straw ini memiliki nilai jual lebih karena dikemas dalam
berbagai warna yang menarik perhatian. Stainless
straw ini kemudian menjadi viral dan menjadi tren di kalangan masyarakat
Indonesia. Kesempatan inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh perseorangan dan
dijual di berbagai kota di Indonesia.
Sayangnya, viralnya stainless straw ini kemudian hanya menjadi tren karena ada
kebanggaan tersendiri ketika menggunakan stainless
straw ini. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya unggahan foto ke sosial
media yang menunjukkan foto seseorang sedang menikmati minuman dengan
menggunakan stainless straw tetapi
masih menggunakan gelas atau botol plastik. Padahal sejatinya stainless straw sendiri merupakan bagian
dari kampanye #ZeroWaste itu sendiri.
Tagar
#ZeroWaste yang awalnya hanya bentuk kampanye sekaligus sosialisasi ternyata memiliki
dampak yang besar, baik di dunia maupun di Indonesia. Munculnya tagar tersebut
kemudian membangkitkan semangat aktivis lingkungan untuk semakin menggencarkan
kampanye pola hidup minim sampah ini. Karena kesadaran inilah akhirnya
terbentuk komunitas-komunitas yang berbasis online,
baik dalam skala nasional seperti Zero Waste Indonesia maupun skala
internasional seperti Zero Waste Collective. Dengan semakin gencarnya kampanye
ini ternyata memberikan dampak yang lebih besar lagi yaitu tumbuhnya bisnis yang
berbasis produk ramah lingkungan. Meskipun bisinis ini perkembangannya belum
terlalu signifikan, namun dapat disimpulkan kesadaran masyarakat akan
lingkungan terutama dalam penggunaan plastik mulai meningkat semenjak hadirnya
tagar #ZeroWaste ini. Terbukti hingga artikel ini dibuat, unggahan di media
sosial Instagram yang menggunakan tagar #ZeroWaste telah mencapai 2,3 juta unggahan.
Belum lagi tagar sub-konten seperti #ZeroWasteKitchen , #ZeroWasteFood ,
#ZeroWasteShopping dan tagar yang menyertakan identitas negara seperti #ZeroWasteIndonesia
dan #ZeroWasteUK yang rata-rata puluhan atau ratusan ribu unggahan.
Penulis
berharap kampanye pola hidup minim sampah ini dapat berjalan terus menerus dan
tidak berhenti karena menjadi tren saja. Keberlanjutan dari kampanye ini juga berada
di tangan kita sebagai generasi yang sudah seharusnya sadar akan lingkungan. #SalamLestari
DAFTAR PUSTAKA
Arnani, Mela. “Komunitas Zero Waste Nusantara, Berbagai Gaya
Hidup Minim Sampah”. https://lifestyle.kompas.com/read/2018/08/09/121121820/komunitas-zero-waste-nusantara-berbagi-gaya-hidup-minim-sampah,
diakses pada Jumat, 15 Maret 2017.
Goggin, Gerard dan Christopher Newell. 2003. Digital
Disability: The Social Construction
of Disability in New Media. Amerika:
Rowman&Littlefield Publishers.
0 komentar:
Posting Komentar