Sabtu, 16 Maret 2019

Tagar #ZeroWaste sebagai Kampanye, Komunitas, dan Bisnis untuk Mengurangi Sampah

Diposting oleh Laksmi Pradipta di 13.14

            Pertengahan tahun 2018, Indonesia mulai ramai kampanye untuk mengurangi sampah plastik. Kampanye ini berawal dari media sosial Instagram dengan tagar #ZeroWaste. Disini orang-orang berbagi pengalaman atau tips untuk mengurangi sampah dan berada dalam satu tagar khusus yaitu tagar #ZeroWaste itu sendiri. Tujuan utama dari kampanye ini adalah mengajak masyarakat untuk memulai pola hidup minim sampah. Masyarakat mulai diajak untuk mengurangi penggunaan sampah pribadi dan dimulai dari hal-hal kecil seperti diet sedotan, gelas dan botol, serta kantong plastik. Selain itu, kampanye ini juga memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai isu-isu lingkungan akibat penggunaan plastik. Tagar #ZeroWaste ini juga mempermudah bagi pemula yang ingin menjalankan pola hidup minim sampah plastik ini.
            Pada awalnya, tagar ini hanya digunakan oleh masyarakat yang berada di Eropa dan Amerika. Dampak dari tagar ini kemudian membangkitkan aktivis-aktivis lingkungan yang kemudian membentuk sebuah komunitas global. Komunitas global ini kemudian diberi nama Zero Waste Collective. Komunitas ini terdiri dari berbagai komunitas yang berfokus mengenai isu penggunaan sampah dan tersebar di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Swedia, Inggris, dan lain sebagainya. Zero Waste Collective hadir sebagai komunitas dengan skala global agar kampanye mengenai pola hidup minim plastik ini menjadi lebih besar sehingga harapannya jumlah sampah plastik dapat berkurang secara signifikan. Komunitas ini juga memiliki berbagai platform seperti web, instagram, facebook, pinterest, dan lain-lain. Zero Waste Collective ini termasuk kedalam virtual community dimana komunitas-komunitas yang telah ada dihimpun menjadi satu kesatuan komunitas secara global.
            Tren pola hidup minim sampah plastik atau zero waste ini lambat laun sampai di Indonesia. Adanya tren pola hidup ini kemudian menciptakan sebuah komunitas baru yaitu komunitas Zero Waste Nusantara. Komunitas ini terbentuk pada Mei 2018. Komunitas ini kurang lebih memiliki model yang sama dengan komunitas Zero Waste Collective. Bedananya, Zero Waste Indonesia menaungi berbagai komunitas yang berfokus mengenai pola hidup minim sampah di Indonesia. Selain itu, konten yang ada di akun media sosial Zero Waste Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sehingga memudahkan masyarakat untuk memahami informasi yang disampaikan.
            Adanya peningkatan minat masyarakat untuk mencoba mengikuti pola hidup minim sampah ini kemudian membuka peluang bisnis baru. Ketika orang masih awam terhadap sesuatu, maka akun sosial media dengan followers atau pengikut terbanyaklah yang menjadi rujukan. Pola pikir masyarakat yang bersifat praktis ini kemudian akan menguntungkan akun-akun besar seperti akun Zero Waste Collective ini. Melihat peluang ini, maka akun Zero Waste Collective ini kemudian tidak hanya bergerak untuk mengkampanyekan saja tetapi juga mulai untuk bisnis barang yang ramah lingkungan. Berbeda dengan bisnis yang melabeli dirinya dengan “produk ramah lingkungan” Akun Zero Waste Collective ini menjual barang yang ramah lingkungan untuk menggantikan barang sehari-hari yang dapat menambah jumlah sampah seperti sabun, sikat gigi, pasta gigi, tas belanja, tempat minum, kapas, pembalut wanita, popok bayi, dan sebagainya.
            Bisinis mengenai barang ramah lingkungan ini akhirnya juga sampai ke Indonesia. Karena akun Zero Waste Collective ini rata-rata menjual barang yang berasal dari Amerika dan Eropa, akhirnya bisnis ini dikembangkan oleh akun Zero Waste Indonesia. Akun Zero Waste Indonesia ini menjual produk-produk ramah lingkungan yang sebagian besar merupakan produksi dalam negeri. Akun ini menggunakan website sebagai “tempat” untuk berjualan. Uniknya, akun ini menjual satu barang yang tidak dijual oleh komunitas global yaitu Lerak. Lerak yang dahulunya hanya digunakan sebagai campuran untuk mencuci batik tulis, Zero Waste Indonesia menjualnya sebagai alternatif dari penggunaan sabun cuci dan lengkap dengan panduan pemanfaatannya. Selain akun Zero Waste Indonesia, ada juga akun Zero Waste Bali. Akun Zero Waste Bali ini selain melakukan bisnis produk ramah lingkungan yang berbasis online, mereka juga menjual beberapa barang yang dijual secara offline. Akun Zero Waste Bali ini juga berfokus pada pasar global dimana mata uang yang digunakan di online store adalah mata uang Indonesia dan mata uang Australia.
            Selain hadirnya komunitas dan bisnis besar seperti Zero Waste Indonesia dan Zero Waste Bali, kampanye tentang pola hidup minim sampah ini juga menciptakan bisnis-bisnis kecil yang dikelola oleh perseorangan. Bisnis ini awalnya tercipta karena pengenalan sedotan berbahan stainless kepada masyarakat Indonesia. Selain ramah lingkungan, stainless straw ini memiliki nilai jual lebih karena dikemas dalam berbagai warna yang menarik perhatian. Stainless straw ini kemudian menjadi viral dan menjadi tren di kalangan masyarakat Indonesia. Kesempatan inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh perseorangan dan dijual di berbagai kota di Indonesia.
Sayangnya, viralnya stainless straw ini kemudian hanya menjadi tren karena ada kebanggaan tersendiri ketika menggunakan stainless straw ini. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya unggahan foto ke sosial media yang menunjukkan foto seseorang sedang menikmati minuman dengan menggunakan stainless straw tetapi masih menggunakan gelas atau botol plastik. Padahal sejatinya stainless straw sendiri merupakan bagian dari kampanye #ZeroWaste itu sendiri.
            Tagar #ZeroWaste yang awalnya hanya bentuk kampanye sekaligus sosialisasi ternyata memiliki dampak yang besar, baik di dunia maupun di Indonesia. Munculnya tagar tersebut kemudian membangkitkan semangat aktivis lingkungan untuk semakin menggencarkan kampanye pola hidup minim sampah ini. Karena kesadaran inilah akhirnya terbentuk komunitas-komunitas yang berbasis online, baik dalam skala nasional seperti Zero Waste Indonesia maupun skala internasional seperti Zero Waste Collective. Dengan semakin gencarnya kampanye ini ternyata memberikan dampak yang lebih besar lagi yaitu tumbuhnya bisnis yang berbasis produk ramah lingkungan. Meskipun bisinis ini perkembangannya belum terlalu signifikan, namun dapat disimpulkan kesadaran masyarakat akan lingkungan terutama dalam penggunaan plastik mulai meningkat semenjak hadirnya tagar #ZeroWaste ini. Terbukti hingga artikel ini dibuat, unggahan di media sosial Instagram yang menggunakan tagar #ZeroWaste telah mencapai 2,3 juta unggahan. Belum lagi tagar sub-konten seperti #ZeroWasteKitchen , #ZeroWasteFood , #ZeroWasteShopping dan tagar yang menyertakan identitas negara seperti #ZeroWasteIndonesia dan #ZeroWasteUK yang rata-rata puluhan atau ratusan ribu unggahan.
            Penulis berharap kampanye pola hidup minim sampah ini dapat berjalan terus menerus dan tidak berhenti karena menjadi tren saja. Keberlanjutan dari kampanye ini juga berada di tangan kita sebagai generasi yang sudah seharusnya sadar akan lingkungan. #SalamLestari


DAFTAR PUSTAKA

Arnani, Mela. “Komunitas Zero Waste Nusantara, Berbagai Gaya Hidup Minim Sampah”.             https://lifestyle.kompas.com/read/2018/08/09/121121820/komunitas-zero-waste-nusantara-berbagi-gaya-hidup-minim-sampah, diakses pada Jumat, 15 Maret 2017.

Goggin, Gerard dan Christopher Newell. 2003. Digital Disability: The Social Construction of  Disability in New Media. Amerika: Rowman&Littlefield Publishers.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Amaranggana Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review